Proyeksi Diri: Ketika Diri Enggan Jujur Terhadap Diri Sendiri


Pernahkah kamu mengalami keadaan dimana kamu berpikir bahwa semua orang yang ada di sekitarmu sedang berpikiran jelek tentangmu? Atau keadaan dimana kamu merasa bahwa mereka semua sedang memusuhimu?

Bila iya, apakah kamu sudah mendapatkan jawabannya mengapa mereka sampai bersikap dan memiliki pemikiran yang demikian? Belum? Sebulan sebelum saya membuat tulisan ini posisi kita sama. Saat itu saya juga belum mengetahui jawaban dari pertanyaan di atas.

Entah sejak kapan pemikiran dan pertanyaan itu sudah menjadi tamu setia saya yang selalu hadir setiap malam sesaat setelah saya membaringkan tubuh. Bahkan jam tidur saya sering terganggu karenanya. Berbagai cara sudah saya coba untuk mendapatkan jawaban dan alasannya. Namun, saya tidak memperoleh satu pun jawaban yang srek di hati.

Bertanya ke orang yang ahli agama pun hasilnya justru semakin membuat saya bingung. Bukan karena tempat saya bertanya yang tidak tepat melainkan karena saya sendirilah yang belum memiliki pengetahuan cukup untuk memaknai ajaran agama dengan benar.

Di tengah kebingungan itu, saya mencoba menyerah terhadap ketidaktahuan. Saya mencoba mempercayai bahwa mereka berpikiran demikian karena mereka memikirkannya. Masa bodoh dengan segala bentuk alasannya. Tapi, tahukah kamu apa yang saya alami setelah itu? Pertanyaan dan pemikiran-pemikiran yang lain justru tambah banyak berdatangan. Saya yang mencoba untuk terbebas dari kebingungan, malah semakin terbelenggu olehnya.

Bagaimana denganmu? Juga mengalami hal yang sama seperti yang saya alami? Bila iya, maka cobalah untuk membaca sedikit untaian kalimat yang diucapkan oleh Victoria Grant berikut.

Hanya ada satu cermin, yaitu cermin dari dalam diri. Semua yang kamu lihat dari luar merupakan refleksi apa yang sedang kamu pikirkan.

Kalimat ini juga yang membuat saya kembali berpikir ke awal dan ajaibnya saya menemukan 'jawaban' yang menenangkan pikiran saya: setidaknya untuk saat ini, ke depannya? Entahlah.

Dengan menjadikan kalimat di atas sebagai dasar, maka jawaban dari pertanyaan yang saya tuliskan di awal tulisan ini adalah karena diri saya sendiri.

Saya merasa bahwa orang lain sedang berpikiran jelek tentang saya, padahal saya lah yang berpikiran jelek tentang orang lain. Saya merasa bahwa orang lain sedang memusuhi saya, padahal saya lah yang beranggapan sebaliknya. Saya merasa bahwa si D menyukai saya, padahal saya lah yang menyukainya.

Ini lah yang disebut dengan proyeksi diri. Seperti halnya cermin, bayangan diri kita yang terlihat dalam cermin merupakan pantulan dari diri yang sebenarnya sebagai objek. Demikian dengan proyeksi, kita seperti melihat pikiran dan perasaan orang lain persis seperti apa yang kita pikirkan dan rasakan juga.

Secara garis besar, proyeksi diri adalah salah satu bagian dari mekanisme pertahanan diri yang dilakukan oleh seseorang untuk melindungi diri karena merasa terancam. Dalam proyeksi diri, seseorang mengatribusikan perasaan, pikiran, dan motivasinya yang muncul dalam dirinya kepada orang lain karena ia tidak ingin menerimanya.

Seseorang mencerminkan kecemasan dan rasa bersalahnya kepada orang lain dengan maksud untuk memperoleh kenyamanannya sendiri. Proyeksi terjadi ketika kita tidak dapat menerima hal-hal yang kita lakukan yang menurut kita itu buruk atau menyimpang dari norma dan aturan sosial.

Contoh lainnya kamu membenci seseorang karena ia sudah berkata buruk tentang dirimu dibelekangmu. Namun, karena perasaan membenci itu adalah hal yang buruk, alam bawah sadarmu kemudian melakukan proyeksi sebuah mekanisme pertahanan diri untuk menolak perasaan benci yang muncul dari dalam diri. Dibanding mengakui bahwa kamu merasa benci, kamu lebih memilih untuk memproyeksinya dengan cara berpikir bahwa orang tersebutlah yang membencimu.

Apakah dengan melakukan proyeksi dapat memberikan dampak yang buruk terhadap diri?


Proyeksi itu manusiawi, setiap orang pasti melakukan proyeksi. Terlepas dari sadar atau tidaknya ia terhadap hal itu. Namun, bila dilakukan secara terus-menerus dan berlebihan, maka akan memberikan dampak yang justru lebih buruk dari yang dapat kamu bayangkan. Orang lain akan menganggapmu sebagai orang yang buruk, senantiasa berpikiran negatif, dan pada akhirnya akan dijauhi. Lebih lanjut lagi proyeksi yang berlebihan akan menimbulkan gangguan kepribadian paranoid.

Bagaimana cara menghindari diri melakukan proyeksi?


Pada dasarnya proyeksi terjadi karena kita tidak mau jujur untuk mengakui bahwa kita telah melakukan atau memiliki pemikiran dan perasaan yang buruk. Maka kunci utama untuk menghindari diri kita melakukan proyeksi adalah dengan belajar jujur terhadap diri sendiri.

Mulai lah dengan mengakui segala perasaan negatif yang muncul dari dalam diri kita. Dengan mengakuinya, kita dapat mengolah perasaan negatif itu dengan cara yang lebih sehat. Percayalah bahwa manusia itu tidak akan terlepas dari kesalahan, ketika kita melakukan hal yang buruk, akuilah bahwa kita telah melakukannya. Kemudian jadikan kesalahan itu sebagai pelajaran agar ke depannya kita tidak mengulanginya lagi.

Akhir kata, dari peristiwa ini saya mempelajari bahwa setiap pertanyaan itu pasti memiliki jawaban. Apakah jawaban itu dapat kita peroleh atau tidak? Semuanya tergantung dari usaha yang kita lakukan. Saya yakin terhadap hal itu. Dan semoga saja akan selalu saya yakini.

Referensi :
1. pijarpsikologi.org. Proyeksi. Diakses pada 10 Juli 2020, dari [https://pijarpsikologi.org/proyeksi]
2. SimplyPsychology. Defense Mechanisms. Diakses pada 10 Juli 2020, dari [https://www.simplypsychology.org/defense-mechanisms.html]

Latar belakang gambar :
Cover Album Aimer – I beg you, dari [https://genius.com/Aimer-i-beg-you-lyrics]
Ahmad Nur Fais
Baik pendapat, pandangan, atau bahkan ilmu pengetahuan. Semuanya dapat lenyap dan bertekuk lutut di hadapan sang waktu. Namun, tidak untuk tulisan.

Tulisan Terkait

Posting Komentar

Dapatkan Notifikasi